Selasa, 21 Oktober 2008

Catatan Mamipo

oleh :*Ng Swan Ti

Beberapa tahun lalu, saya mengenal Mamuk dengan cara yang lazim terjadi diantara para fotografer. Lebih dahulu mengenal karyanya daripada orangnya. Foto-fotonya saya lihat di majalah terbitan Jawa Timur, yang saya temukan secara tidak sengaja di restoran ‘Oen’ Malang. Konten yang Jatim banget, dan foto-foto yang berbeda mengingatkan pada majalah di Ibukota dimana saya pernah menjadi kontributornya.

Perkenalan secara tatap muka baru terjadi ketika ia melakukan perjalanan ke Jakarta. Sejak pertemuan pertama hingga tiap kali kami bertemu, perbincangan tidak jauh dari bidang yang kami cintai, fotografi termasuk para pelakunya. Dengan suara pelan dan logat Jawa Timur yang kental, ia akan bercerita apa yang sedang terjadi. Bersama ‘duet mautnya’, Boby, ia memberikan workshop di kampus-kampus di wilayah Jawa Timur. Disela-sela kesibukan bekerja dan mengajar, ia masih bersedia mengikuti workshop untuk menambah kemampuan fotografinya.

Pilihannya untuk menetap di Surabaya walaupun ada kesempatan untuk hijrah ke Ibukota, dan kesetiaannya melakukan ‘perjuangan’ di wilayah Jawa Timur membuat ia istimewa. Tanpa ragu saya memilihnya untuk menjadi pembuka aktivitas ruang cipta dan dialog di Malang Meeting Point (mamipo). Semoga cerita visual tentang Lapindo yang ia sampaikan lewat pameran foto “Vivere-Dare To Live” dapat menjadi ‘reminder’ bagi kita untuk setia kepada semangat peduli dan berbagi- cerita, pengalaman dan keahlian.

Jakarta, Oktober 2008


*Penulis adalah direktur Malang Meeting Point (mamipo)

Tidak ada komentar: